SEMANGAT HIDUP

SEMANGAT HIDUP
SIGLE

Jumat, 05 Maret 2010

Keadaan Lembaga dalam Dunia Kampus: Perbandingan pemilu raya UPHDM-UNTAD dan HIMSA Oleh: Komang Triawati

Tulisan ini di buat untuk mengenang keberhasilan lembaga dalam menjalankan roda pemerintahan yang dijalankan selama satu periode atau satu tahun. Roda pemerintahan yang di pegang oleh pimpinan yang lama akan gantikan ke yang baru atau dimonisioner. Adapun kegiatan ini bertujuan untuk memilih dan menetapakan AD/ART lembaga sebagai acuan dalam menjalankan roda pemerintahan dalam dunia kampus, baik dalam tingkat fakultas maupun prodi yang nantinya mempunyai visi dan misi yang jelas. Masa peralihan itu dilaksanakan dalam Musyawarah Besar (MUBES) atau Musyawarah Besar Luar Biasa (MUBESLUB) yang dilakukan tiap pergantian pengurus baru atau yang dimisioner. Melakukan pemilihan secara demokrasi sesuai dengan UUD yang menjadi landasan dasar dan pancasila sebagai falsafah dalam berlembaga serta Tri Darma Perguruan Tinggi, hal itulah yang dipertanggung jawabkan hasil kerjanya selama menjalankan tugas sebagai pimpinan. Lembaga merupakan bagian kecil dari suatu organisasi yang didalamnya berhubungan antara satu orang dengan orang lain. Meninjau dari kegiatan yang dilaksanakan oleh UPHDM-UNTAD pada saat pemilu raya Jumat, 18 Desember 2009 yang lalu merupakan bukti dari masa pemerintahan demokrasi suatu organisasi yang ada di tingkat kampus, dengan kata lain pemilu raya merupakan satu cara untuk menetapkan calon ketua lembaga yang dipilih berdasarkan MUBES, saat itu. Di mana pemilu raya UPHDM yang notabanenya organisasi fakultas yang di ikuti oleh 150 mahasiswa yang berhak memilih dan dipilih dalam pesta demokrasi tersebut. Adapun pemlihan calon di lakukan dalam MUBES, kemudian calon melakukan kampaye selama satu minggu untuk mendapatkan suara. Adapun calon tetap antara lain sebagai berikut dari 12 bakal calon yaitu I Gusti Ari, Dewa Ketut Palguna, Komang Triawati, Ayu, Niloh Ari, Cici, Ida Bagus, Yeni, Sandria, Ketut Suarsana, Denik, widi dari 12 bakal calon yang terpilih hanya 6 yang mendapat suara dari 150 pemilih.
Akhirnya MUBES yang di selenggarakan untuk menetapkan calon ketua UPHDM pada hari sabtu 12 Desember 2009 lalu tidak berhasil akibat terjadi keributan antara panitia pelaksana dan setring commite akibat tidak sepaham dengan pemikiran serta musyawarah yang dilakukan selama kurang lebih setengah jam untuk memilih calon ketua, banyak peserta yang tidak sesuai hati nuraninya harus memilih calon ketua UPHDM-UNTAD periode 2009-2010 nantinya akhirnya pemilihan calon ketua dilakukan secara politik yang kurang baik sekitar pukul 21.00 wita di tentukan calonnya dan dipilih brdasarka mufakat bersama karena nilai dari masing-maing calon,dan karakter yang dimiliki tanpa pengetahuan calon ketua yang lain, akhirnya perguncangan pemilihan terjadi banyak pihak yang belum bisa terima calon ketua yang di tentukan begitu cepat dan memakan waktu yang singkat adapun ketua yang terpilih yaiti I Gusti Ari terpilih secara Resmi melalui lobi-lobi yang kurang baik, tapi saying? pemilihan calon ketua yang terpilih banyak para kandidat yang tidak sepakat, serta panitia dan pimpinan sidang yang lain tidak setuju dengan hal tersebut. Maka terjadi ricuh lagi dari segi pendapat masing-masing yang menginginkan ketua terpilih di ulang kembali.
Setelah 15 menit ketua terpilih melihat hal ini ia berinisiatif maju kedepan dan menyatakan mundur serta tidak mau menjadi ketua periode 2009-2010 mendatang. Dan harus dilakukan pemilihan lagi kandidat yang ada, Berkat kesepakatan akhrinya ketua Dimisioner mengambil keputusan yaitu melakukan pemilu raya dan menetapkan hari pelaksanakan kegiatan pemilu yaitu hari Jumat, 18 Desember 2009 untuk menentukan calon ketua UPHDM –UNTAD yang baru dengan menetapkan ke 6 calon tadi untuk melakukan kampaye menyampaikan visi dan misinya serta menempel paplet calon ketua di seluruh Universitas yang ada.
Unit Pengkajian Hindu Dharma Mahasiswa (UPHDM-UNTAD) merupakan lembaga yang ada di tingkat Universitas yang menghimpun seluruh mahasiswa hindu di tingkat fakultas antara lain : Fakultas FKIP, FISIP, HUKUM, PERTANIAN, TEKNIK, EKONOMI, MIPA. Hal inilah yang menjadi corong/ wadah aspirasi bagi mahasiswa yang beragama hindu, yang ada di Universitas Tadulako. Dengan kata lain aspirasi mahasiwa hindu kedepan natinya ada di tangan ketua yang betul-brtul loyal terhadap himpunannya serta mobiler kepada anggota dan kerjanya dalam lembaga itu sendiri, ketika hanya berdiam tanpa adanya aspirasi, maka akan terjadi kecemburuan sosial aka nada satu sama lain anggota. Sehingga perlu di adakan pemilihan kembali yaitu pemilu raya pertama yang dilakukan oleh UPHDM selama berlembaga di kampus Universitas Tadulako (Untad)
Dari batas waktu yang di tentukan oleh panitia pelaksana untuk mendapat dukungan dari mahasiswa yang terdaftar menjadi peserta penuh adalah mereka yang sudah mengikuti orentasi khusus yaitu Diklat Kader UPHDM-Untad, ia berhak memilih dan dipilih dalam pesta demokrasi tersebut. Adapun tempat pelaksanaan pemilu raya yaitu bertempat di Pura Jagat Nata Palu pada Jumat, 18 Desember 2009, setelah 5 hari berlalu masa yang ditunggu-tunggu oleh kandidat akhirnya datang juga. Dimana penentuan calon ketua yang baru UPHDM tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh panitia, yang sebenarnya dilaksanakan pada pukul 08.00 wita molor akibat banyak kandidat yang terlambat serta peserta yang memilih tidak sesuai dengan target yang ditentukan karena banyak kesibukan dan pulang kampung akibat hari libur. Akhirnya pada pukul 09.30 wita pemilu raya di lanjut dan hanya tiga kandidat yang ada yaitu I Gusti Ari, Dewa Ketut Palguna, Komang Triawati, dari tiga kandidat ini harus memaparkan visi dan misi masing-masing calon, kemudian setelah memaparkan visi dan misi baru calon bisa di lihat karakternya masing-masing oleh peserta pemilu raya. Waktu di berikan untuk menyampaikan visi dan misi hanya 10 menit, dan dari semua kandidat yang ada hanya saya perempuan ini membuktikan bahwa masing ada kesetaraan jender dalam lembaga baik itu sebagai acuan kedepannya bahwa perempuan bisa dipilh menjadi seorang pemimpin dalam suatu lembaga. Beberapa kendala yang di hadapi oleh panitia pelaksana sat melakukan pemilu raya antara lain pendataan ulang pemilih, serta kewalahan dalam menangani konsumsi karena sudah tidak sesuai dengan kondisi peserta yang ada.
Waktu-waktu pemilihan yang di tunggu-tunggu oleh kandidat saat itu, pada pukul 11.00 wita, semua kandidat hadir dan tepat saat melakukan pemilihan. Pemilihan calon ketua UPHDM dilakukan sama dengan pemilihan umum (pemilu) yaitu mencontreng gambar kandidat lalu memasukkan surat suara ke kotak yang telah disediakan. Setelah 11.15 wita sampai dengan 13.00 wita akhirnya pemilihan calon selesai juga dan melakukan penghitungan calon selama 15 menit, inilah penantian yang ada diidam-idamkan yaitu “Menanti Sebuah Pengakuan Baru” yang akan di sandang. Kemudian hal itu datang secara tiba-tiba peserta perhitungan suara sudah selesai akhirnya yang terpilih adalah I Gusti Ari dengan perolehan suara 70 suara, Dewa Ketut Palguna 40 suara, Sandria 30 suara, Widi mendapat 20 suara, Ari 8 suara dan Komang Triawati 7 suara. Dari keenam kandidat ini yang berhak menyandang predikat baru adalah I Gusti Ari dengan perolehan suara jauh melambung tinggi dan meninggalkan kandidat lainnya. Dengan demikian pesta demokrasi yang menjadi kebanggaan mahasiswa hindu berakhir secara damai dan penuh dengan kenangan karena pada saat itu di hadiri oleh rektor STAH sekeluaraga, ini merupakan kehormatan juga kebangaaan karena di hadiri oleh pendiri UPHDM. Akhirnya UPHDM periode 2009-2010 dimenangkan oleh nomor urut 2 dengan perolehan suara 70 suara atas nama I Gusti Ari, sah menjadi ketua pada tanggal 18 Desember 2009.
Pesan dari penulis mudahan-mudahan UPHDM kedepan menjadi suatu lembaga yang betul-betul bernafaskan hindu sesuai dengan AD/ART yang di jadikan pedoman dalam menjalankan roda pemerintahan selama I periode mendatang. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar-besarnya kedapa dosen pembimbing mata kuliah yang telah membantu pelaksanaan kegiatan UPHDM ini, serta teman-teman panitia yang telah mengorbankan tenaga, waktu dan pikiran dalam menyukseskan kegiatan UPHDM ini dan salam terakhirnya penulis ucapkan kepada para peserta pemilihan yang sudah meluangkan waktu, tenaga dalam menyukseskan kegiatan ini, juga puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Setelah itu tulisan ini akan membuka kaca mata public tentang lembaga yang ada di kampus meskipun sama-sama intra tetapi banyak sekali perbandingan yang ada antara keduanya, tulisan ini juga mengugat sosok “lembaga yang bernafaskan Hindu dengan lembaga yang bernafaskan Ideology Sejarah yang belum pernah di temui kecuali di Universitas Tadulako” mengapa penulis membandingkan kedua lembaga ini? Pasti banyak public yang bertanya dengan hal tersebut. Inilah yang akan penulis jelaskan dalam tulisan yang sederhana ini, bahkan tulisan ini hanya akan mengupas keberhasilan kedua lembaga saat pesta demokrasi, berbeda dengan lembaga yang lainnya. Antara kedua lembaga ini memiliki skala berbeda, dimana UPHDM berskala Universitas sedangkan HIMSA berskala prodi yang menurut pemikiran orang akan jauh berbeda antara keduanya. Memang hal itu benar jika dilihat dari kaca mata public? Tapi hal itu bisa terbantah saat dilakukan pemilu raya walaupun jangka waktu pemilu raya ketua UPHDM jauh hari pada tanggal 18 Desember 2009 sedangkan HIMSA pada tanggal 22 Desember 2009 . walaupun demikian hal ini tidak menjadi suatu hambatan bagi pelaksanaan pemilu raya tersebut,
Mengapa penulis katakan berbeda asumsi antara keduanya? Inilah yang akan penulis kupas dalam tulisan ini. Pertama-tama yang menjadi bahan renungan kedua lembaga ini antara lain system politik, system pelakasanaannya, kampayen kandidat, serta pelaksanaan pemilu raya sendiri. Dari keempat unsur ini menjadi bukti bahwa sebuah lembaga mahal dan bisa di perhitungan apabila dilakukan dengan penuh kerja keras dan yakin terhadap apa yang kita lakukan, maka apapun yang terjadi nantinya kita serahkan pada yang diatas serta percaya diri dengan apa yang kita laksanakan. Penulis melihat dari bukti sebuah kasus suatu lembaga dimana dari sebuah catatan perjalanan seorang pemimpin wanita yang memiliki loyalitas dan mobile dalam setiap aksinya. Karena belajar dari ideologi sejarah sudah menjelaskan pentinganya sebuh fakta yang di ungkap apabila sudah ada kejadian yang berlangsung jika di sertai dengan bukti yang ada, akan memperkuat landasan berpikir kita dalam bertindak.
Musyawarah Besar (Mubes) yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Sejarah (HIMSA) tepatnya pada tanggal 19-20 Desember 2009 yang lalu, mendapat perhatian besar bagi himpunan lain yanga ada FKIP UNTAD. Dimana himpunan ini sangat di akui garis politik yang betul-betul sekuler bahkan hati-hati dalam bertindak, begitu juga sebelum Mubes ketua Dimisioner membentuk panitia pelaksana untuk melaksanakan Mubes. Mubes ini tidak mendapat sumber dana dari pusat pengajaran, tapi berkat tekad dan kemauan akhirnya Mubes tetap berjalan dengan baik. Hal yang menjadi kenangang bahkan sejarah dalam dunia organisaisi, dan memory penulis di tahun 2009 yaitu ketika Mubes HIMSA di buka oleh PD III selaku penanggung jawab bidang kemahasiswaan yang ada di tingkatan Fakultas FKIP Untad yaitu Bapak Lukman Dnajamudin, M. Pd yang merupakan suatu kehormatan baru bagi organisasi HIMSA. Inilah yang membuat ketertarikan dalam menitih, memahami, serta berdiri diatas sebuah organisasi yang ada di kampus harus jelih dan penuh dengan ketelitian, jangan hanya masuk organisasi hanya ingin mencari jabatan tetapi tidak ada ilmu yang di dapat dari lembaga tersebut kita sama dengan halnya “tong kosong berbunyi nyaring” sebuah ungkapan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.
Dengan melihat hal itu di mana berharganya organisasi apabila seorang yang dibanggakan muncul sebagai sosok pembangun semangat kami, saat pidato yang beliua ucapkan serta prestasi yang pernah beliau peroleh bahkan beliau sangat konsisten dengan janji yang di ucapkan bagi perbaikan suatu organisasi. Inilah bukti bahwa orang bisa hidup dengan pengetahuan apabila pengetahuan tersebut digali dan di gali, maka akan menghasilkan apa yang akan di inginkan nantinya. Saat pembukaan MUBES HIMSA PD III terus memberi motivasi serta arahan kepada mahasiswa sejarah sekaligus sebagai peserta penuh nantinya saat persidangan. Mubes HIMSA dilaksanakan pukul 10.00 wita molor dari jadwal karena panitia menunggu PD III untuk membuka acara, di mana saat itu PD III sedang mengikuti Upacara di Rektorat, sehingga Mubes harus di undur yang sebenarnya dilaksanakan pada pukul 08.00 wita harus dilaskanakan pada pukul 10.00 wita. Tetapi hal itu tidak menghambat semangat anggota HIMSA yang lainnya, mereka tetap bertahan dan menunggu kedatangan PD III, setelah acara resmi di buka dengan memukul meja sebanyak tiga kali maka pembukaan Mubes HIMSA resmi di buka. Akhirnya Mubes HIMSA yang ke VII berjalan dengan lancar saat sidang pertama, tetapi ketika palu sidang diberikan kepada pimpinan sidang baru, suasana ricuh terjadi yaitu hanya perbedaan pendapat mengenai tempat pelaksanaan Mubes besok, karena hari minggu maka peserta ingin di laksanakan di luar kampus mengingat angkot pada hari minggu tidak ada, maka panitia dan settring commite berinisiatif menjemput dan mengantar peserta apabila besok datang menghadiri Mubes. Akhirnya panitia pelaksana berhasil menenangkan keadaan, acarapun mulai dan berjalan dengan lancar, keesokan harinya peserta datang hanya 20 orang tidak sesuai dengan target karena hari pertama peserta 51 orang sidang dianggap Qorum.
Tapi sebelum sidang dimulai pimpinan sidang menanyakan pada peserta sidang, apakah lanjut atau tidak. Lalu peserta minta di pending selama 2×15 menit baru sidang bisa dilaksanakan, setelah sidang dilanjutkan beberapa jam kemudian tepatnya pukul 15.30 wita penetapan pemilu raya HIMSA akhirnya di tentukan dengan menunjuk satu ketua baru, karena ketua Mubes tidak datang akibat sakit perut maka di ganti. Setelah memilih ketua pelaksana baru atas hasil mufakat akhirnya ketua panitia baru terpilih yaitu Moh. Sairin bekerja selama 2 hari satu malam yang di bantu oleh teman-teman panitia, tepatnya pada tanggal 22 Desember 2009 pemilu raya dilaksanakan. Pendaftaran calon ketua di lakukan dari tanggal 20-21 Desember 2009, karena pada tanggal 21 Desember 2009 tepatnya pukul 00.00 wita pendaftaran di tutup, dan keesokan harinya diumumkan calon tetap.
Adapun bakal calon saat itu ada tiga kandidat antara lain angkatan 2007 dua orang, 2008 satu orang adapun nama-namanya antara lain: Asrul, Kristina Haelong, Hanna Fransiska. Tetapi pada malam harinya ada tambahan kandidat lagi yaitu Sharun dari angkatan 2008 yang di usung menjadi calon ketua, saat itu tepatnya hari senin panplet bakal calon ketua bertebaran disana-sini bahkan berserakan disetiap tempat baik itu kantin, pohon, bahkan ditiang-tiang kampus , agar bisa di ketahui oleh peserta penuh. Maka pada keesokan harinya yaitu penentuan calon tetap HIMSA periode 2009-2010 di umumkan, ada empat calon yang mendaftar di tetapkan menjadi calon dengan persyaratan harus mengikuti LDK (Latihan Dasar Kepemimpian) dan mengumpulkan sertifikat LDK kepada panitia pelaksana serta pengumpulan tanda tangan yang mengusung masing-masing calon, serta persyaratan lainnya. Inilah pesta demokrat kedua yang penulis rasakan selama mengikuti kegiatan yang paling besar dalam sejarah hidup, yang penuh dengan kejadian-kejadian unik di dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, sangat berbeda dengan organisasi lain. Panitia membuat desain spanduk yang sederhana yang terbuat dari kertas print, tetapi makna kesederhanaan itu membawa petuah dan target yang diinginkan. Pada pagi harinya panitia pelaksana memasang spanduk di lingkungan kuliah sejarah agar bisa di ketahui bahwa pemilihan ketua tetap HIMSA periode 2009-2010 akhirnya terjadi. Adapun tugas yang di emban oleh ketua panitia saat itu adalah mendata peserta penuh pemilu raya dari angakatan tahun 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 yang telah mengikuti osplak maupun Stimas, pendataan kandidat calon ketua yang mencatumkan visi dan misinya, serta pemasangan panpel bakal calon dan calon tetap. Setelah itu ketua panitia memiliki inisiatif membuat tempat pemilihan yang terbuat dari kardus, kotak suara, kertas suara, bahkan tinta untuk mengesahkan pemilihan di gunakan agar pesta demokrasi benar-benar ada dalam dunia kampus. Saat akan di mulai pemilihan, ketua panitia mengudang wartawan dari Pusat Penelitian Sejarah (PUSsej), di undang oleh ketua untuk meliput kegiatan yang sedang berlangsung saat pemilihan wartawan PUSsej yaitu Dirzan. Ini merupakan moment yang pertama sepanjang sejarah HIMSA sejak dibentuk HIMSA dari tahun 1983 sampai sekarang dengan beberapa kali pergantian nama, baru tahun 2009 moment yang yang paling terbesar penuh dengan kebahagian, kesedihan bahkan kebanggan tersendiri buat seseorang yang tidak perlu disebutkan namanya.
Dimana sejak dahulu moment seperti ini yang beliau inginkan dan cita-citakan, diimpikan akhrinyatercapai juga keinginan itu terlaksana tepatnya hari selasa tanggal 22 Desember 2009. Demokrasi pada saat itu seperti peristiwa sejarah pada masa pemilihan Presiden tahun 2009 yang lalu, yang sebelum pemilihan ada debat kandidat, penyampaian visi dan misi, Tanya jawab dengan peserta penuh bahkan saat penyampaian visi dan misi salah satu calon mengundurkan diri dengan alasan bahwa ia tidak tahu di calonkan, itu alasan paling konyol dalam sejarah hidup, karena menyatakan diri tidak tahu siapa yang mencalonkan, Jika di ibaratkan motor sudah naik digunung masih pakai gigi 4 maka motor tidak akan jalan. Kandidat yang mengundurkan diri atas nama Hanna Fransiska, maka kandidat yang ada tinggal tiga orang lagi yang bisa duduk di kursi panas HIMSA, perjuangan ketiga kandidat akhirnya terbayarkan dengan mendengar perolehan suara masing-masing kandidat yaitu kandidat 1, 2, 3. Dimana kandidat 1 atas nama Asrul memperoleh suara 96 suara dari angkatan 2003-2009 yang memilih, kandidat 2 atas nama Krsitina Haelong menperoleh 3 suara dari angkatan 2003-2009 yang memilih, dan kandidat 3 atas nama Sharun memperoleh 46 suara dari angkatan 2003-2009 yang pemilihan, dengan peserta penuh saat itu mencapai 145 orang. Maka dengan melihat hasil perolehan suara, maka yang berhasil duduk di kursi panas HIMSA adalah saudara Asrul dari angkatan 2007 masa jabaan 1 tahun selama satu periode tahun 2009/2010. Lalu ketua Dimisioner HIMSA periode 2008-2009 memberikan selamat kepada panitia pelaksanan dan juga Ketua terpilih, serta memberikan berkas kegiatan sebagai simbolis penyerahan jabatan saat itu. Dengan demikian pelaksanaan demokrasi di kampus walaupun hanya sebatas Prodi bisa berjalan bersih, aman bahkan jauh dari dunia hitam politik, inilah yang membedakan ciri demokrasi kampus sekarang ini. Kenapa penulis menyatakan demikian karena penulis masuk dalam peristiwa tersebut, jadi politik sekarang yang ada di kampus itu ada dua yaitu politik aliran kiri dan poltik aliran kanan antara hati nurani dan jabatan, begitu juga antara kebenaraan dan kebaikan. Jadi kata terakhir dari penulis yaitu bagi lembaga intra harus mempunyai jati diri sendiri dalam berlembaga, jangan ikut-ikutan kalau belum tahu apa yang kita ikuti. Serta ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiwa sejarah yang telah membantu meyelesaikan tulisan ini, kepada yang penulis banggakan serta segani yang penulis anggap kakak sendiri, ayah bahkan orang tua di Palu ini yaitu kak Wilman yang telah memotivasi penulis dalam berkarya. dan puji syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa Om shanti-shanti-shanti Om.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ai saya ria kuliah di universitas tadulako, saya ingin lebih banyal tahu tentang blog. moga dengan blog ini saya bisa mengawali karir saya dalam kuliah dan juga bermsayarakat