SEMANGAT HIDUP

SEMANGAT HIDUP
SIGLE

Sabtu, 14 Januari 2012

INA-INA DI PAGI BUTA : BERTAHAN DENGAN BERMODALKAN SAK DAN BESI DI TANGAN

Sungguh ironis di kota besar seperti di Palu yang di jadikan sebagai Ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah, setiap pagi ketika matahari belum terbit, seorang ina-ina yang kesehariannya mencari botol bekas masih kita temukan di kota besar seperti ini. Demi menghidup keluarga, Timah (45) setengah paruh baya harus mengeliling sebuah perumahan tepatnya di Kelurahan Besusu Timur. Timah terpaksa mencari botol bekas untuk dijual demi kelangsungan hidupnya.
Perdos merupakan tempat keseharian Timah, mencari sesuap nasi. Sak dan besi adalah alat utama untuk mencari botol bekas disepanjang jalan yang Timah lewati baik itu dijalan maupun di sampah. Ina-ina inipun tidak mendapat upah yang diharapkan, tetapi dengan semangat dan tekad yang tinggi serta kebutuhan yang harus dipenuhi timah berusaha untuk menghidupi keluarganya dengan pekerjaan semampunya . kata pepatah yang selalu didengarkan kepada kita “lebih kejam ibu tiri lebih kejam ibu kota”. Kota sebenarnya merupakan tempat yang mampu mensejahterakan masyarakatnya. Namun kemiskinan kian melanda warganya, entah..kenapa? mungkin otonomi daerah yang dijadikan media cambaiblack oleh para penguasa. Penghasilan Timah dari memulung botol-botol tidaklah seberapa, dengan apa yang telah ia kerjakan dengan kondisi cuaca yang sangat panas. Hal itu bagi Timah adalah anugrah terindah dari Tuhan karena Timah mensyukuri pemberiannya. Ina-ina yang sangat tegar dan kuat ini sudah mengeluti pekerjaannya sejak 30 tahun yang lalu ketika beliua berumur 15 tahun. Karena kondisi keluarga yang tak mampu memenuhi kebutuhan pengasapan di dapur.
Demi perjuangan yang ingin dicapainya ia selalu mendatangi setiap rumah yang ada tempat sampahnya untuk mencari setumpuk botol yang dijumpainya. Bahkan tak jarang Timah di berikan tumpukan kertas yang sudah tidak dipakai oleh masyarakat setempat untuk menambah penghasilan perharinya, meskipun harus mengeluarkan keringat dan tenaga agar bisa bertahan di ibu kota “kata Timah. Setiap pagi buta ina-ina banyak berkeliar di tempat sampah dan bahkan mereka tak jarang hanya pulang dengan tangan kosong.
Menjadi ina-ina telah menjadi pilihan hidup, bahkan tak jarang dari mereka yang bermodalkan sak dipunggung dan besi ditangan sebagai alat bantu untuk mencari botol bekas jika ada di tempat sampah atau tempat pembuangan yang mereka temukan dan sulit dijangkau.
Timah merupakan sosok perempuan yang tak mengenal lelah, pagi, siang, bahkan malam ia selalu bekerja untuk bisa menyekolahkan anaknya yang masih duduk dibangku SMP. Bahkan ia tak kenal lelah untuk terus berjalan setapak demi setapak melewati jalan yang dilaluinya dengan menggunakan sepatu bot yang sudah robek. Pekerjaan ini adalah denyut jantung dan sebagai topangan hidup bagi keluarganya, walaupun usianya sudah separuh baya.
Timah mengaku setiap harinya ia mendapat penghasilan sekitar Rp 20.000 sampai 30.000 jika sak yang ia bawah penuh karena perkilonya mencapai Rp 4.000. Dengan penghasilan yang pas-pasan ini Timah mampu memanajemenkan uangnya, tak lupa tiap penghasilannya ia sisipkan Rp 5.000 untuk menabung dan bisa digunakan saat sedang mendesak agar tidak meminjam lagi dengan tetangga, Katanya.Hidup itu penuh perjuangan kalimat itu yang selalu terdengar ketika saya SMP, hal itu ternyata menjadi kenyataan saat saya melihat langsung ina-ina yang hanya bermodalkan 2 alat tadi yakni Sak sebagai tempat mengumpul botol dan besi sebagai alat mencari botol bekas.
Keterbatasan hidup
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Ina-ina muncul sebagai penopah hidup. Hal ini karena otonomi daerah yang tidak berjalan dengan lancar serta terjadi ketimpangan pembangunan yang ada di kota tersebut. Sehingga mereka yang tidak mempunyai kreatifitas dan kemampuan yang terbatas hanya bisa menggunakan tenaganya untuk membantu kebutuhan sehari-hari. Hal itu dipilih karena penghasilannya bisa dihitung tiap harinya serta memang tak ada pilihan bagi mereka. Timah mengaku hal ini halal ketimbang kita jadi “pengemis” dijalan yang harus meminta-minta, itu malah pekerjaan yang mudah tapi banyak hujatan karena tangan dan kaki masih bisa digunakan. Kita sebagai manusia harus mampu memanfaatkan keterbatasan yang ada. Jangan keterbatasan itu menjadi alasan, ketika kita mampu melakukan apa yang bisa kita lakukan kerjakanlah. Kata bijak itu yang menjadi pedoman hidupnya, sungguh terkagum jika kita sebagai manusia yang memiliki kesempurnaan yang ada jika kita tidak gunakan dengan sebaik-baiknya. Penyebab kemiskinan banyak dihubungkan dengan; penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin; Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga; Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar; Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi; Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Pekerjaan sebagai ina-ina sudah menjadi rutinitasnya setiap hari, hal ini menjadi sebuah tantangan baru baginya. Karena ia tidak mau hidup begini terus, berkat usaha dan upaya yang ia jalani selama hidupnya dengan menabung setiap hari ia bisa membeli “sak baru” untuk ia gunakan bekerja. Jika kita hanya berpaku tangan kepada orang lain, hal itu tidak akan menghasilkan apapun, tapi jika kita bekerja dengan segala upaya yang telah dilakukan akan dirasakan hasilnya, kata Timah. Ketimpangan itulah yang membawa perempuan ini menyelusuri jalan untuk mendapatkan botol bekas baik dari botol besar, sedang, kecil bahkan aqua gelas yang penting masih bisa “dijual”. Semoga masyarakat disekitar terketuk hatinya untuk membantu sanak saudara kita yang masih merasakan hidup yang berliku seperti diatas agar kisah ini tidak terulang bagi generasi masa depan berikutnya.Semoga mereka mendapatkan ketrampilan yang memadai dari intansi pemerintah agar dapat digunakan untuk bertahan hidup, karena keterbatasannya yang mereka miliki.
Kasus diatas merupakan realita yang sering kita lihat, dengar bahkan rasakan pada masyarakat sekitar. Dimana faktor ekonomi yang menyebabkan timbulnya masalah dalam dunia keprihatinan tersebut. Jika pemerintah membuka lapangan pekerjaan yang lebih luas.
Oleh: Komang Triawati

Desa Lolu : Mandi Uap Penyegar Tubuh

Desa Lolu merupakan desa yang berada di Kecamatan Biromaru, di tempat terpencil di desa Lolu tersebut ada yang unik tepatnya lorong masjid desa Lolu. Di Lorong tersebut terdapat sebuah permandian yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit, terutama permandian tersebut dinamakan mandi uap/mandi sauna. Mandi uap adalah mandi yang menggunakan uap yang terbuat dari ramuan dedauan yang ada di alam rumah Oma dan Opa panggilan akrab pemilik usaha mandi uap tersebut. Mandi uap buka pada hari selasa, kamis, jumat, sabtu, dan minggu. Kenapa hari senin dan rabu tidak dibuka? Saat melakukan wawancara dengan salah satu anak dari pemilik usaha mandi uap yakni kak Anek menuturkan bahwa pada hari senin dan rabu kami mencari bahan-bahan ramuan dedauan yang akan digunakan, sehingga waktu tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemiliki usaha mandi sauna tersebut. Banyak hal yang disediakan di tempat mandi sauna tersebut hargapun bervariatif tapi tetap bisa dijangkau oleh semua kalangan yang ingin mencoba mandi uang ditempat tersebut. Adapun menu ramuan yang disediakan yakni:
a. Mandi uap/sauna : Rp. 25.000
b. Mandi uap + Refleksi : Rp. 30.000
c. Refleksi : Rp. 30.000
d. Raktus : Rp. 100.000
e. Raktus + lulur : Rp. 150.000
f. Kelapa bakar : Rp. 7.500
Data tahun 2011, wawancara Anek, selasa, 18 januari 2011 jam 13:00 wita
Mandi uap ini didirikan pada tahun 2007 dan pertama di coba oleh Anek anak ketiga Opa dan Oma, saat itu Anek panggilan akrabnya. Saat itu Anek melahirkan, dan pasca melahirkan Anek terserang panas dan bengkak seluruh badannya. Kemudian Opa dan Oma berinisiatif membuat ramuan yang terdiri dari dedaunan seperti ilalang, daun jati dan lain sebagainya direbus setelah itu baru Anek di Bungkus dengan sarung, setelah itu Anek disuruh menghirup asap yang telah keluar dari Belanga tersebut, kemudian setelah beberapa jam menghirup asap dari ramuan tersebut, Anek mengalami perubahan pada seluruh badannya yang bengkak turun dratis, dari situlah Opa dan Oma berinisiatif membuka pengobatan mandi uap tersebut.
Kemudian di tahun yang sama yakni 2007 Anek juga melahirkan dan opa membuat ramuan yang diberi nama raktus, yang terbuat dari dedaunan alami yang ada di alam. Ini juga di tes pertama oleh Anek dan saat melakukan raktus yang biasanya ibu setelah melahirkan tidak bisa beraktiftas, tetapi setelah di Raktus oleh Opa dan Oma anak mereka langsung melakukan aktifitas layaknya seperti mereka yang tidak melahirkan. Karena ramuan tersebut berfungsi menghilangkan darah-darah yang sedang keluar pasca melahirkan dan memberikan tenaga baru bagi tubuh Anek. Saat Anek mengalami kista di Leher sebelah Kanannya ia juga di raktus, dokter mengatakan bahwa ini harus di operasi karena kista tersebut sangat ganas, tapi berkat keyakinan Opa dan Oma, ayah dan Ibu dari Anek mereka bersikeras agar anak mereka tidak di Operasi akhirnya selama beberapa bulan Anek di raktus selama 1 jam setiap 2 minggu sekali dan terbukti setelah di raktus kista yang membengkak pada leher hilang dan nyaris tidak pernah ada lagi. Dengan bukti yang cukup banyak tersebut akhirnya mereka membuka mandi sauna yang sekarang telah sangat terkenal diseluruh kalangan masyarakat di kota palu, terutama mereka yang bermasalah dengan pasangan suami istri yakni tidak mendapat keturunan akibat kista yang diderita oleh sang isteri.
Pengunjung yang datang setiap hari hampir 50 orang, ini jika hari rabu, kamis dan jumat, sedangkan jika hari sabtu dan minggu bisa mencapai 50-150 orang. Maka pengunjung yang datang bisa menikmati menu ramuan yang telah tersedia ada yang mandi uap, raktus, refleksi, kelapa bakar, dan raktus + lulur. Tapi yang paling dominan di lakukan oleh oleh pengunjung yakni mandi uap karena mandi uap sangat bagus untuk kesehatan yakni mengeluarkan keringat. Keringat yang dikeluarkan tergantung dari waktu yang kita gunakan di kamar uap tersebut. Jika pemula kamar yang digunakan adalah kamar no 2 di kamar mandi laki-laki, jika sudah biasa kamar yang dipakai mandi adalah kamar 1, 3, dan 4 karena uapnya sangat banyak yang keluar. Sedang di kamar mandi perempuan yang sangat panas uapnya adalah kamar no 1, 2 dan kamar mandi 3 dan 4.

Makna Brata Nyepi

Umat hindu saat ini dalam suasana menyambut perayaan tahun baru Saka 1933, tahun saka pertama kali di ucapkan oleh suku kaniska, saat itulah terjadi perang antara yahpana dan kaniska, daivini terkena tusukan yang dilakukan oleh prajurit kaniska tibalah dia di batu yang ada di dekat sungai. Setelah itu daivini ditemukan oleh kanisva, akibatnya davini terkena fitnah oleh pasukan kaniska. Kaniska menghentikan permusuhan dan lembaran hitam yang terakhir, dan besok yang baru yang disebut tahun Saka pertama, tahun saka adalah tonggak perdamaian bagi anak cucu bangsa kaniska dan Daivini. Minggu, 6 maret 2011 pukul 14:30-15:00 wita pemutaran film tentang tahun saka di TVRI SulTeng. Pelaksanaan hari raya nyepi yakni untuk mewujudkan pengendalian diri, kebersamaan, toleransi, etos kerja serta meningkatkan sradha dan bakhti kita kepad Ida Sang Hyang Widhi Wase. Hari raya nyepi tahun Saka, 1933 tahun 2011 ini jatuh pada hari Sabtu tanggal 5 Maret 2011, sehari setelah Chaitra Amawasya atau Tilem Kasanga, bulan mati (Tilem) pada bulan Chaitra berdasarkan perhitungan Surya Chandra Pramana yakni dengan memadukan perhitungan matahari dan bulan. Pada saat ini kedudukan matahari tepat berada di garis katulistiwa yang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, utamanya untuk mensyukuri karunia Ida Sang Hyang Widhi Wase. Makna hari raya nyepi adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan kita secara jasmani maupun rohani yakni menyepikan diri dari aktifitas duniawi.
Pelaksanaan perayaan hari nyepi itu dilaksanakan tiga hari sebelum bulan mati yang disebut dengan Melasti yang jatuh pada tanggal 2 Maret 2011 yakni hari rabu. Melasti, yakni melaksanakan prosesi penyucian diri ke laut atau mata air terdekat dengan menyusung berbagai media pemujaan seperti arca, pratima atau pralinga untuk memperoleh tirta suci, sebagai perwujudan Amritam, air suci kehidupan yang membahagiakan umat manusia. Upacara Malis atau melasti ini di India dikenal dengan nama Nagasamkirtana atau Rathayatra berarti proses mengusung berbagai media pemujaan memuja patirthan atau tempat suci pinggir sungai atau laut yang ramai diikuti umat bagaikan jalannya seekor naga. Prosesi ini berlangsung sejak keberangkatan menuju pura tepatnya jam 14:00 wita tanggal 2 maret 2011 tepatnya hari rabu, menuju tempat suci ketika kembali mengelilingi wilayah desa atau pura atau tempat suci untuk memuja-Nya, sedangkan Rathayatra berarti perjalanan mengusung arca yang ditempatkan pada sebuah kereta yang sangat besar ditarik dan didorong oleh beberapa umat yang mengikuti prosesi itu menuju atau kembali ke dari tempat suci untuk memohon air suci. Sehingga dalam rangkaian Melasti tersebut umat hindu sudah membersihkan diri dari ikatan duniawi. Setelah melasti umat hindu melaksanakan rangkaian acara menyambut nyepi yakni tilem yang jatuh pada tanggal 4 maret 2011 tepatnya hari jumat, di rangkaikan dengan prosesi bhuta Yajna yang bertujuan untuk memwujudkan bhuta hita, yakni hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam lingkungannya. Sebenarnya bhuta yajna yang merupakan bagian dari upacara panca yajna merupakan pula satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap pelaksaaan yajna atau pengorbananan suci senantiasa diikuti dengan yajna-yajna yang lain, namun titik berat pada perayaan nyepi adalah upacara bhuta yajna. Pergantian tahun baru saka 1933 jatuh pada tanggal 21 maret 2011, (Seminar Nasional UPHDM Universitas Tadulako, 2 Maret 2011 pukul 22:00 wita, Hotel Jazz, Pembicara Nasional Made Titib), saat ini kedudukan matahari tepat di atas garis katulistiwa dan umat hindu merayakannya sehari setelah hari Amavasya (Tilem) yang sangat dekat dengan tanggal 21 maret 2011, yakni pada tanggal 5 maret 2011 yang di dahului dengan upacara bhuta yajna pada hari Amavasya, Tilem Chaitra, tepatnya 4 marte 2011. Hari tilem (disamping Purnama) diyakini sebagai hari yang sangat dirahmati oleh Sang Hyang Widhi Wase dan pada kesempatan ini pula umat hindu di Indonesia melangsungkan upacara caru atau Tawur dan berbagai bentuk upacara Bhuta Yajna dalam sesuai padewasaan (ketentuan tentang hari dan tempat suatu upacara dilaksanakan). Mulai saat ini (sehari setelah tilem Chaitra), umat hindu memberi makna terhadap tahun baru saka. Bhuta Yajna yang di maksuda adalah pelaksanaan ogoh-ogoh yakni membersihkan diri dari bhuta kala, bhuta kala yang dimaksud seperti leak bali yang dibuat seperti patung dan di ithari di sekeliling pura untuk menghilangkan sifat sadripu yang ada dalam diri manusia. Acara ogoh-ogoh yang dilaksanakan di pura Agung Jagat Nata Palu Sulawesi Tengah itu tepatnya dari pukul 15:00 wita s/d 17:05 wita di mulai dari pura dengan rangkaian acara sembahyang bersama di pimpin oleh jero mangku setelah itu baru di lakukan pawai ogoh-ogoh dari jalan Jabar Nur menuju yos sudarso kemudian sampailah di tempat acara yakni di cut mutia atau patung talise palu yang di buka langsung oleh Kapolda Sulawesi Tengah, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah (Syuaib Jafar), dan para pemuka agama seperti agama budha, agama hindu, agama islam, agama khatolik, dalam pembukaan tersebut Syuaib Jafar mengemukakan bahwa :
“Perayaan hari raya Nyepi ini akan menjadi program kerja tahunan dinas pariwisata provinsi sebagai rangkaian untuk menyatukan semua keragamaan agama yang ada di Indonesia lebih khusus Kota Palu, serta ogoh-ogoh menjadi sebuah pameran tetap tahunan”.
Setelah di buka oleh Pak Syuaib Jafar keragamanan itu terlihat dengan symbol kebersamaan umat agama seperti Rebana (islam), Naga (budha), ogoh-ogoh (hindu) yang di arak mengelilingi patung kuda sebanyak 3 kali kemudian di arahkan menuju pura, setelah sampai di pura, ogoh-ogoh di bakar agar bhuta kala yang ada dalam diri manusia hilang dan juga di dalam rumah. Bhuta kala tersebut di bakar di depan pura yakni di luar pura. Kemudian umat melaksanakan sembahyang bersama karena saat itu adalah Tilem (bulan mati). Kemudian setelah melaksanakan upacara bersama besoknya umat melaksanakan brata penyepian, perayaan Nyepi, Tahun Baru Saka sesungguhnya merupakan tradisi keagamaan yang mengandung nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kualitas sradha (iman) dan bhakti (taqwa) ke pada tuhan yang maha esa. Nyepi bukanlah sekedar kegiatan rutin tahunan untuk menyambut tahun baru Saka, tetapi memiliki makna spiritual yang dalam yaitu sebagai perwujudan yajna, yakni kasih sayang (parama, prema), pengorbanan suci yang tulus dan ikhlas demi berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, hal ini dapat di jelaskan pada bhagawagita bab III sloka 9 di jelaskan mengenai yajna yakni:
Yajnartha karmano nyatra
Loko yam karma-bandhanah
Tad-artham karma kaunteya
Mukta –sangah samacara

(Dari tujuan berbuat itu menyebabkan dunia ini terikat oleh hukum karma,Karena itu wahai Arjuna, bekerjalah tanpa pamrih, tanpa kepentingan pribadi, wahai Kuntiputra )

Umat hindu merayakan tahun baru saka tidak dengan pesta pora, melainkan dengan keheningan hati sebagai usaha menemukan sang diri (atma) hanya akan berhasil bila kita melakukan dengan brata. Brata atau janji merupakan pantangan agar mempu mengendalikan diri dari aktivitas duniawi, brata yang di maksud adalah 4 hal yang tidak boleh di lakukan oleh umat hindu yakni Amatigeni atau Patigeni (tidak boleh menyalahkan lampu dan tidak memasak), Amatikarya (tidak boleh bekerja), Amatilalanguan (tidak boleh menikmati hiburan), amati-lalungayan (tidak boleh berpergian kemanapun). Saat hari raya Nyepi ini segala aktifas manusia berhenti secara fisik selama 24 jam serta di rangkaikan dengan puasa selama 24 jam. Nyepi dilakukan dengan Tapa Brata (melakukan puasa) dan manubrata (tidak berbicara selama 24 jam), Nyepi ini adalah mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Melalui latihan kedisiplian umat hindu mendekatkan diri dengan cara Tapa Brata serta intropeksi diri terhadap perbuatan di masa lalu serta di masa mendatang. Nyepi dilakukan dengan suasana hening hanya untuk memuja dan merenungkan keagungan-Nya. Keheningan yang dimaksud adalah mampu mengendalikan panca indriya kita, guna mencapai keseimbangan jiwa. Pada Sabtu tanggal 5 maret pukul 04:00 wita umat hindu puasa dan monobrata (tidak bicara), selama sehari dari pukul 06.00 wita – 06.00 wita keesokan harinya tepatnya minggu 6 maret 2011. Dalam penyepian tersebut dilakukan berbagai persiapan diri yakni sembayang, membaca kitab suci dan kidung-kidung rohani dari pagi sampai pagi hari. Tapi umat hindu wajib melakukan trisandya (tiga kali sembayang) pukul 06.00 Wita, 12.00 Wita, dan 18.00 wita. Penyepian ini dilakukan selama 24 jam tanpa melakukan aktifitas apapun hanya menyebut nama Ida Sang Hyang Widhi dengan melakukan pemujaan Om Namah Siwa Yah sebanyak 108 dan gayatri Mantra sebanyak 11 kali, hal inilah yang mampu mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi Wasa. Nyepi adalah hari toleransi khususnya toleransi umat beragama yang di wujudkan dengan Sradha atau keimanan atau keyakinan antara sesama umat manusia hari Nyepi juga merupakan sebagai hari untuk membersihkan diri dari kotoran, pikiran dan perbuatan yakni Tri kaya parisudha adalah tiga perbuatan yang harus disucikan, sehingga dengan adanya hari raya Nyepi ini segala perbuatan, perkataan, pikiran kita intropeksi selama setahun penuh dan menyambut tahun baru dengan pikiran, perkataan dan perbuatan yang lebih baik lagi. Oleh Karena itu, pelaksanaan hari raya nyepi yakni untuk mewujudkan pengendalian diri, kebersamaan, toleransi, etos kerja serta meningkatkan sradha dan bakhti kita kepad Ida Sang Hyang Widhi Wase Demikian makna rangkaian hari raya baru nyepi, puasa di buka pada esok harinya pada hari minggu, 6 Maret 2011 pada pukul 06:00 wita.
Yojokodi Minggu, 6 Maret 2011
KOMANG TRIAWATI
Penulis adalah Ketua Divisi Administrasi dan Keuangan
Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI) periode 2011-2013
Pengurus Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah (HIMSA) periode 2009

MEMORY 2010 DI SIRENJA

Terselubung hati di tanah Sirenja, beradu pesan saat sms berbunyi, seakan terasa sekali detik-detik tahun baru di Sirenja. Sirenja merupakan sanksi bisu sebuah kehidupan baru, insan yang terhanyut dalam kemelut dunia fana ini. Setitik pena menghiasi sekat-sekat kertas putih yang berharga ini, sekat tersebet menjadi sebuah kalimat yang menjadi pelibur laraku. Saat ku pejamkan mata di sudut kursi merah, “terdengar bisikan yang membangunkanku dari tidur lelapku”. Ketika itu aku terbungkus oleh dinginnya cuaca Sirenja, terasa indah pada waktunya. Di mana hari ini adalah hari terakhir kita menjadi seperti ini dan semoga di hari esok kita bisa jadi lebih baik. ketika hari itu datang kita bisa menjadi orang yang lebih baik dan sukses. Semoga kita selalu diberikan kesehatan serta kemurahan hati.
Saat menyambut tahun baru, terasa menghitung berapa jam lagi waktu tahun baru 2010 akan berganti dengan tahun 2011. Jadi teringat tentang kehidupan di masa lalu mengenai beberapa hal yang menjadi memory kolektif kehidupanku antara lain sebuah perkenalan, persahabatan, percintaan, permusuhan di tahun 2010. Semoga sebuah lika-liku kehidupan tersebut menjadi pengalamana dalam hidup di masa yang akan datang dan di kubur di dalam memory serta di jadikan cambuk kehidupan yang baru.
Kehidupan harus memiliki sebuaha hati yang tak pernah membenci, sebuah senyum yang tek pernah pudar, sebuah hati yang tak menyakiti, sebuah cinta dan kasih yang tak pernah berakhir. Tapi kehidupan yang selalu memberi ruang dan waktu bagi diri sendiri untuk memperbaiakinya.
Hidup tak selalu memilih, tapi hidup diharuskan berbagi baik dalam suka, duka yang bisa membuat hati dan perasaan senang. Kesenangan adalah sebuah kunci mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, baik secara rohani maupun jasmani. Ketika Sirenja menjadi sanksi sebuah pijakan kaki anak manusia yang ingin mencapai sebuah puncak kehidupan yakni “kebenaran” sebuah kebenaran yang harus di jalani makna dan tujuannya.
Semoga goresan pena ini akan memberi hal baru dalam memory 2010 yang terselubung di memory 2010. Banyak hal yang harus di rubah dalam diriku seperti perilaku, sikap, kebiasaan, bahkan kepribadian yang dirubah oleh kasih sayang dan cinta kasih lambat laun akan terubah dengan lingkungan yang ada serta kemauan dari individu itu sendiri.
Beradu tempat untuk mendapatkannya, mendapatkan sebuah kepercayaaan di tahun 2010 sangat sulit. Karena kepercayaan yang hakiki itu bisa di lalui melalui beberapa tingkatan serta proses karena itu sebuah amanah yang sangat besar. Semoga semua hal tersebut bisa menjadi cambuk serta gutu kehidupan. Kehidupan, sebagaimana Mercuse, menginterprestasikan Dilthey, bukan meruupakan satu panggung alam fisik semata (stage of nature), bukan juga merupakan panggung pertarungan antara spirit, logos atau reason, melainkan cara-cra di mana pelbagia fakta-fakta mendapatkan kehidupannya sekalaigus mendapatkan hamparannya tengah-tengah satu dunia yang bersifat totalitas, Tony Rudyansyah, (2009:195)
Sirenja, 31 Desember 2010, pukul 11:00 wita
Komang Triawati

MENGKAJI ULANG MENGENAI: SASTRA SEJARAH (Imajinasi Yang Terus Bertanya)

Tulisan ini merupakan hasil diskusi pada Sabtu 28 Nopember 2008 di Lembaga Penelitian Untad (Pusat Penelitian Sejarah) kerjasama antara PusSEJ dengan Himpunan Mahasasiswa Sejarah (HIMSA) periode 2008-2009 yang di ketuai oleh Fatma Saudo yang menggadakan diskusi Rutin atau program kerja Himpunan dengan melaksanakan diskusi pada setiap hari sabtu dengan materi yang berbeda yang disajikan sehingga peserta tidak merasa bosan dengan materi yang selalu sama. Saat itu yang mengikuti diskusi adalah semua Mahasiswa Pendidikan Sejarah dari angkatan 2005, 2006, 2007, 2008 yang ingin mendapat wawasan khasana pengetahuan. Alasan mengapa Koran ini di diskusikan karena di dalamnya di bahas ada dua hal yakni:
a. Tulisan ini memperkenalkan membaca sejarah yang baru, karena sastra di katakan sebagai sumber sejarah
b. Penulisnya merupakan seorang sejarawan
Berdasarkan dua hal tersebut HIMSA mengangkat tema Humaniora Teroka yang terbit di kompas pada hari Sabtu, 22 Desember 2007 yang di tulis oleh sejarawan DR. Asvi Warman Adam yang merupakan Sejarawan LIPI hal inilah yang menarik untuk ditelaah lebih lanjut lagi, terutama pembahasannya mengenai sastra sejarah Imajinasi Yang Terus Bertanya, seperti dalam pengantar buku Mochtar Lubis, maut dan cinta disebutkan “ sastra memang bukan tulisan sejarah dan juga tidak dapat dijadikan sumber penulisan sejarah”. Sehingga tulisan tersebutlah menjadi pengantar dalam tulisan imajinasi yang terus bertanya karya Asvi Warman Adam. Kemudian Taufik Abdullah dalam ilmu Kaldum menjelaskan bahwa sejarah adalah pengalaman impiris akan berjalan di dalam kegelapan. Penjelasan tersebut ada pada kalimat yang di sampaikan Taufik Abdullah pada tulisan Asvi Warman Adam mengenai Sastra Sejarah “Imajinasi yang terus bertanya”, Taufik Abdullah yang menolak dekonstruksi ini berpendapat, tanpa keyakinan bahwa kebenaran empiris dan historis adalah suatu yang bisa di dapatkan, kita hanya akan menggerayang dalam kegelapan”. Kenapa sastra di masukkan dalam sejarah, inilah yang harus di jawab? Mungkin ada alasan tersendiri yang penulis (Asvi Warman Adam) ingin ungkap dalam tulisannya tersebut sehingga Beliau mengembangkan sastra sebagai sejarah. Sastra tersebut ada beberapa macam, contoh sastra yaitu novel, puisi, pantun, Roman, cerpen. Pemikiran ini sebenarnya lahir tahun 2003, tetapi yang memasukkan sastra sebagai sumber sejarah serta ide tersebut sudah ada sejak tahun 1933 yang di tulis oleh Bill Askrop di Amerika tepatnya Kolombia Universitas. Dari hal tersebutlah sastra dijadikan sumber sejarah alasnnya ada 3 yakni :
a. Genre memiliki 4 hal yaitu tipe, jenis, bentuk, aliran
b. Sastra sebagai obyek memiliki 4 hal yakni :
1) Sejarah memiliki teori
2) Sejarah memiliki obyek
3) Sejarah memiliki metode
4) Sejarah memiliki sistematis/struktur berpikir
c. Sastra sejarah ini memiliki 3 hakikat sejarah yaitu:
1) Hakikat pelaku sejarah
2) Hakikat ruang
3) Hakikat waktu
Berdasarkan tiga hal tersebut apa yang diungkap oleh Lukacs dalam Le Roman Historique (payot, 1965) Lukacs berpendapat bahwa ‘genre’ itu menjadi sejarah sebagai obyeknya, tetapi ia sendiri takut kepada sejarah dan berenang di dalamnya. Penjelasan kata genre sendiri memiliki arti bahwa topic ini membahas mengenai aliran (penanda/abstrak) yang dikaitkan dengan tulisannya mengenai Le Roman Historique. Sehingga roman/sastra dapat digunakan sebagai obyeknya, serta roman/novel ini memiliki sejarah yang obyektif tinggi yang termuat di dalamnya. Oleh karena itu, jika sastra dikaitkan dengan hakikat sejarah karena cerpen juga termasuk dalam hakikat sejarah seperti “Robohnya Surau Kami” yang di tulis pada tahun 1994 diterbitkan sebanyak 82 kali, dan terakhir tahun 2006 ini menceritakan tiga hakikat tadi yaitu pelaku sejarah, ruang dan waktu.
Selanjutnya tulisan tersebut menjelaskan bagaimana kita menyeimbangkan imajinatif yang dimiliki oleh manusia seperti kalimat yang disampaikan dalam tulisan ini sama-sama imaninatif yang menggunakan pendekatan new historicism (NH) yang dicanangkan oleh Stepen Greenhaat tahun 1982 sebagaimana dijelaskan oleh Melani Budianto (dalam majalah sastra 3 tahun 2006), dapat menjadi pilihan dalam analisis karya sastra, sejarah dan sejarah secara utuh. Louis A Montrose menggunakan istilah ‘kesejarahan sastra dan kesastraan sejarah atau dengan kata lain membaca sastra” memmbaca sejarah dan membaca sejarah = membaca sastra (aspek sejarah sebagai kontruksi sosial)”. Beranjak dari tulisan di atas mengenai sama-sama imaninatif yang menggunakan pendekatan New Historicims (NH) ini lahir tahun 1933-1882, ia berpendapat bahwa melalui pemikiran yang historicisme ini bahwa segala yang terjadi di dunia ini adalah sumber dari sejarah, serta tulisan-tulisan E.C Harr. Lalu sejarawan yang paling tua yakni Heredotus yang menulis tentang Perang Persia (the Persia of war), buku ini beraliran sejarah yang sangat popular tahun 1900-an serta tulisannya yang sangat nature histori lalu kemudian dikembangkan menjadi historicisme yang di dalamnya membahas mengenai dua hal penting yakni:
a. Studi pustaka mengenai novel, Roman (sastra saat itu belum di masukkan)
b. Studi lapangan mengenai dokumen yang belum dilihat dilapangan, seperti dalam buku Ali Haji tentang studi lapangan yang membahas beberapa hal seperti buku yang sangat popular yakni Tulfaton nafis, Ma’rifat Filbaya, Rukhiyah.
Studi lapangan mengenai dokumennya Ali Haji ini hanya dijadikannya beberapa syair kemudian menurut New Historicism hal tersebut bisa digunakan sebagai data sejarah karena sastra sejarah yang harus berlandaskan pada 3 hakikat sejarah yakni pelaku sejara, ruang, dan waktu. Sastra adalah pekerjaan imajinasi, kebenaran di tangan pengarang dengan kata lain kebenaran bersifat subyektif. Sejarah sendiri memiliki 2 teks imajinasi yang masing-masing menyusun versi tentang kenyataan yakni fiksi dan fakta. Tapi dalam sejarah fakta tersebut di masukkan menjadi fiksi, tapi ini harus melalui tahapan-tahapan imajinasi yang sesuai dengan relnya sendiri, karena imajinasi adalah pembayangan terbatas atau imajinasi merupakan langkah seorang yang sangat kreatif yang di dalamnya memiliki 3 kategori penting yakni saksi, pelaku, dan penulis, agar memudahkan sejarah sebagai ilmu dapat terjatuh dan tidak ilmiah bila berhubungan dengan filsafat yakni sejarah dimoralkan, dan sejarah sebagai ilmu ilmu yang konkret dapat menjadi filsafat yang abstrak, Kuntowijoyo, (2005:9-10). kemudian imajinasi juga memiliki 2 aspek yang penting yakni ; (1) bagaimana penulis masuk dalam peristiwa tersebut, (2) bagaimana penulis menjiwai peristiwa tersebut. Karena sejarah memerlukan imajinasi yang sangat dalam serta sejarawan harus dapat membayangkan apa yang sebenarnya, apa yang sedang terjadi dan apa yang terjadi sesudah itu, Kuntowijoyo, (2005:69-70). Menurut Kuntowijoyo, terbit tahun 2005 dalam buku pengantar Ilmu Sejarah ada 4 hal mengenai sejarah tersebut yakni cara kerja, kebenaran, hasil keseluruhan, dan kesimpulan. Sastra itu biasanya akan berakhir dengan realitas. Sedangkan sejarah berakhir klimaks. Klimaks yang dtimbulkan ada 2 yakni kepuasaan dan penasaran kemudian setelah itu akan muncul yang namanya obsesi/harapan seseorang, sehingga sastra dengan sejarah semakin dekat, keduanya berkaitan dengan narasi sejarah. Ini diakibatkan karena sastra dapat dikatakan sebagai budaya yaitu sastra tematis (kebiasaan), dan sastra momotetis. Ada 3 hal kebudayaan sastra yakni bahasa, religi dan kesenian. Sedangkan sejarah memerlukan klimkas, klimaks adalah obsesi seorang pengarang artinya perpaduan rasa puas dan rasa penasaran. Dalam klimaks, sejarah memiliki 3 pertanyaan penting yakni mengapa, kenapa dan bagaimana, kemudian dari pertanyaan tersebut baru sejarah bisa dijawab melalui 3 tahapan juga yakni latar belakang, menceritakan realitas dan informasi baik itu fakta yang bersifat gejala maupun kenyataan.
Soal keakuratan, sejarah juga bisa tidak akurat yang jelas keduanya membutuhkan imajinasi dari penulisannya baik itu berupa sastra maupun yang berbaur sejarah. Keakuratan dalam imajinasi memiliki 2 unsur yaitu; unsur subjektifitas dan unsure obyektifitas. Satra sebagai wilayah estetika yang otonom yaitu estetika/ keindahan. Sedangkan sejarah ada 3 wilayah yakni etika/moral (benar/salah), indah (bagus tidak bagus), layak/tingkah laku (baik/buruk). Hubungan sejarah dan sastra sangat unik karena sastra ada pantun pada abad ke 14, 1300 kiasan seperti berburu ke padang datar dapat rusa belang, berguru kepalang ajar dapat bunga kembang tak jadi. Dimana pada abad 14 datang/muncul bumingnya islam pantun yang hidup dipesantren untuk murid-muridnya. “Sejarah” mengapa dikatakan tidak akurat alasannya ada 6 dasar yang dimiliki yakni:
a. Sejarah memiliki pengertian sejarah ada deskontruksi masa lalu
b. Sejarah memiliki hakikat
c. Sejarah memiliki gerak yaitu langsung oleh tuhan dan kondisi masyarakat
d. Sejarah memiliki obyek yakni pemikiran kesejarahaan
e. Sejarah memiliki eksplonasi/penjelasan
f. Sejarah memiliki imajinasi
Menurut pemikiran post Kolonial, para sejarawan, di tuntut untuk mengakui bahwa 3 hal dalam sejarah yakni; (1) bahasa, (2) postmodernis, (3) didekontruksi. Dengan melihat tiga hal tersebut, maka bahasa digunakan sebagai huruf, symbol, kata, seni dan fungsi, agar mudah melakukan komunikasi antar para tokoh untuk berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Lalu postmodernis terbagi 2 kata yakni post yang artinya pasca/sesudah, modernis artinya canggih, rumit dan sulit. Jika diartikan keseluruhan post modernis adalah kembali ke’ yang lama berdasarkan aturan seperti salah satunya adalah munculnya pelancong/wisatawan. Postmodernis mengangumkan 4 hal yang ada dalam dunia sastra dan sejarah yang saling berkaitan yakni:
1. Menganggunkan demokrasi
2. Melindungi dan melestarikan alam
3. Menjunjung tinggi HAM
4. Menentang rasiolis/keseimbangan hidup dan kesejahteraan.
Berdasarkan 4 hal mengenai postmodernis maka kekaguman demokrasi dapat dilestarikan melalui berbagai kegiatan yang positif seperti HIMSA tahun 2010 lalu. Demokrasi sebagai salah satu alat bantu untuk mewujudkan sebuah roda pemerintahan. HIMSA yakin melakukan pemilu raya yang di ketuai oleh Moh. Sairin ini merupakan salah satu demokrasi yang menjunjung tinggi asas jurdil. Sehingga sastra dapat dijadikan sejarah karena memiliki 3 hal di dalamnya yakni; saksi, pelaku, dan penulis.
Kemudian didenkontruksi yang berasal dari dua kata de dan kontruksi. De artinya muncul, dan kontruksi artinya kerangka. Jadi dalam sejarah dekonstruksi itu terdiri dari naturalism dan strukturalisme. Naturalisme artinya segala yang terjadi dimuka bumi ini dipengaruhi oleh alam sedangkan strukturalisme yaitu teori mengenai segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini memiliki 4 model yaitu model memanjang, model naik, model lebar, model turun. Dalam strukturalisme ini ada 16 teori yang harus diperhatikan salah satunya seperti symbol, sosial masyarakat. Apa yang sebenarnya menjadi perbedaan antara keduanya? Pertanyaan itu yang sering muncul dibenak mahasiswa, sehingga mahasiswa merasa haus akan informasi tersebut. Jawaban dari pertanyaan itu sangat membutuhkan imajinasi, karena sastra hanya berakhir dengan pertanyaan sedangkan sejarah harus harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya.
Tulisan mengenai topic ini mengungkap 4 hal yaitu teori pokok yang digunakan yakni:
1. Teori bahasa yang di bagi empat yaitu bahasa huruf, bahasa kata, bahasa symbol, bahasa seni.
2. Teori symbol yaitu bahasa sebagai symbol ada 2 yakni signifiut (penanda/abstrak), signified (petanda/konkrit)
3. Teori Dekonstruksi adalah upaya membalikkan kenyataan menurut Ferninand Dessousure.
4. Teori postcolonial orang yang memiliki 3 hal yakni memori/pengalaman, rasa/nilai keindahan/responsi, tingkat laku.
Sehingga sastra sejarah itu juga berpotensi untuk mengobati trauma masa lampau, seperti ditulis Melani Budianto pada sampul belakang novel Ojamagilak karya Marhin Aleida (2004) “Dengan membaca buku ini terasa beratnya beban sejarah, luka-luka masa lalu yang tidak bisa dibicarakan secara terbuka, kecuali melalui sebuah cerita”. Inilah kutipan terakhir topic mengenai sastra sejarah imajinasi yang terus bertanya di tulis oleh Asvi Warman Adam, memberi gambaran umum bahwa sastra dapat mengobati trauma masa lampau karena sastra menjadi sebuah jembatan dalam sastra sejarah, tempat yang layak (rintihan orang ia tuangkan melalui sastra sejarah), sastra sejarah memiliki novel sejarah karena sastra memiliki 2 hal yaitu sastra tematis dan momotetis yang intinya kebudayaan sastra mengarah pada bahasa, religi dan kesenian. Demikian tulisan ini dibuat, semoga tulisan ini dapat menjadi khasana wawasan pengetahuan. Serta tulisan ini merupakan hasil diskusi yang segar bagi mahasiswa sejarah khususnya penulis yang ingin mengetahui seluk beluk mengenai sastra sejarah. Oleh karena itu, penulis mengajak para pemerhati sejarah, peminat sejarah, sejarawan, dan generasi muda, yang nantinya dapat membuat karya-karya yang lain mengenai sastra sejarah yang bisa dijadikan perbandingan dengan karya yang telah di tuangkan oleh Asvi Warman Adam.

Yojokodi, 4 Januari 2011
Komang Triawati
Penulis adalah Mahasiswa Pendidikan Sejarah
Universitas Tadulako, angkatan 2008
Pengurus HIMSA periode 2008-2009
Kadiv Administrasi dan Keuangan Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI 2011-2013)